Jakarta- Di sudut Kampung Hukum 2025, puluhan pengunjung selalu antri kopi racikan Oki, demikian ia biasa disapa. Memakai baju barista, tangan Oki ciamik menyeduh kopi manual. Tapi tahukan anda pemilik nama lengkap Okiawan Waseso itu ternyata barista jadi-jadian?
Sssttt ternyata Oki sehari-hari adalah Pranata Pengadilan (pralan) di Mahkamah Agung (MA).
"Sehari-hari saya bertugas sebagai operator (Pralan) pada Yang Mulia hakim agung Dr H Imron Rosyadi SH MH,” kata Oki saat berbincang dengan DANDAPALA, di lokasi Kampung Hukum 2025 di kawasan Gedung MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir Jakarta Pusat.
Oki mengawai karir pertama sebagai CPNS di Pengadilan Negeri (PN) Nabire, Papua Tengah pada September 2014. Kemudian diangkat sebagai PNS pada tahun 2015 sebagai Staf Panmud Hukum di pengadilan yang sama.
“Selanjutnya sejak April 2021 saya mendapatkan kesempatan untuk berkarir di MA sebagai Analis Perkara Peradilan pada Yang Mulia Dr Drs HA Mukti Arto SH MHum,” kisah Oki.
Ayah 2 anak itu mulai belajar kopi ini ketika masih berdinas di Nabire. Kala itu ia sering pergi ke warung kopi (café) milik temannya untuk mengusir rasa jenuh dan mengobati rindu akan kampung halamannya di Kota Bekasi.
“Saya menggunakan metode seduh secara manual (manual brew) antara lain V60, Aeropress, Rokpresso, Vietnam Drip, Mokapot, dan sebagainya,” kisah pria yang hobi naik sepeda gowes itu.
Secara serius, Oki pernah mengikuti kursus pelatihan barista.
“Selama 20 hari yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi Tahun 2023,” tutur Oki.
Menurut Kementerian Pertanian untuk 2022-2025, Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, dengan produksi sekitar 789.000 ton per tahun. Dari total produksi, 150.000 ton adalah arabika, sementara 600.000 ton lainnya robusta.
“Varietas kopi lokal Indonesia tidak kalah saing dengan kopi dari luar negeri, “ kisah Oki mulai bercerita soal dunia minuman ‘gelap’ dengan asik membuat seduhan kopi.
Keunikan kopi Indonesia terletak pada ragam cita rasanya yang mencerminkan karakteristik geografis dan tradisi lokal. Kopi Aceh Gayo memiliki aroma gula merah, cokelat pekat, dan jeruk citrus. Mandailing menawarkan rasa karamel manis dan rempah. Java Preanger menghadirkan rasa jeruk citrus segar. Temanggung dikenal dengan rasa tanah dan karamel.
Kintamani dari Bali memadukan cokelat, kacang, dan lemon. Toraja kaya akan aroma gula merah, cokelat susu, dan lembut. Kopi Wamena, Papua yang manis alami dengan keasaman rendah serta Kopi Mamasa yang sedang naik daun karena mempunyai citra rasa kopi aroma asam seperti belimbing dan kayu manis.
“Ragam cita rasa ini menjadikan kopi Indonesia unggul di pasar global, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen kopi terkemuka di dunia,” kisah pria yang hobi naik gunung itu.
Budaya meminum kopi ini sudah mengakar kuat dalam benak masyarakat kita. Sehingga berbicara soal kopi bukan hanya soal minuman saja tetapi juga bisa menjadi ruang diskusi santai atau upaya diplomasi untuk meraih simpati.
Kita sering mendengar adanya istilah ‘coffee morning’ di tempat kerja kita, istilah tersebut merupakan ruang diskusi santai antara pimpinan dengan anak buahnya untuk menemukan solusi di mana dalam ruang diskusi informal seperti ini lebih efektif dan masif dalam menyerap aspirasi.
"Kopi menjadi penghubung teman atau sahabat, membuat semakin akrab hingga salah satu sahabat sakit yang lain ikut berdarah,” tutur Oki yang juga kerap gowes ke kantornya dari Bekasi.
Kopi juga memberikan arti filosofi kehidupan kepada kita bahwa hidup itu ibarat minum kopi, kadang rasanya pahit yang dapat dinikmati. Namun, dari rasa pahit itu yang membuat mata kita terbuka. Begitulah kehidupan ada kalanya ujian tetapi juga kita jalani dengan kesabaran maka kita akan ikhlas menjalaninya.
“Sabar itu seperti minum secangkir kopi. Pahit di pangkal dan manis di penghujung nikmat terasa,” ujar Oki berbagi pesan di balik menyeruput kopi.
Alhasil, Oki kini sudah meninggalkan kopi saset.
“Kopi dan waktu selalu mengajarkan bahwa berjuang tak secepat menikmati hasil,” pungkas yang juga alumnus Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (FH Unsoed) Purwokerto itu.
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp Ganis Badilum MA RI: Ganis Badilum