Dalam
semesta demon slayer (Kimetsu no Yaiba), Hinokami Kagura adalah tarian api yang
diperoleh melalui pernapasan matahari. teknik paling mematikan dalam membunuh
iblis ini hanya dikuasai oleh Tanjiro Kamado, sang protagonis utama.
Hinokami
Kagura yang menjadi dasar semua jurus pernapasan adalah warisan tak terelakkan
yang dijaga dan diturunkan melalui usaha turun temurun. Persis, seperti itulah “Membaca
Buku” seharusnya diperlakukan.
Seseorang
bertanya kepada saya, apa relevansi membaca buku di tengah jaman serba digital
ini. Kita bisa mencuplik berita pendek entah melalui platform media sosial atau
sekadar membaca status teman. Kita tidak butuh informasi panjang nan bertele-tele
yang disajikan oleh buku yang membosankan.
Baca Juga: Ketua MA Luncurkan Buku Panduan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta
Lagipula
untuk seorang pegawai negeri, apa perlunya membaca buku ? cukup duduk manis
bekerja, nunggu gaji, catat sana sini. Selesai.
Saya
lalu menjawab sederhana. saya membaca karena selain saya ingin, juga karena saya
butuh. Saya butuh makan, maka saya makan nasi. Saya butuh minum maka saya minum
kopi. Saya butuh tidur maka saya terlelap dalam mimpi. Sesederhana itu.
Penjelasan
simpel seperti ini tentu tak akan bisa diterima apalagi dicerna bagi mereka yang
tak biasa membaca buku. Tapi, inilah penjelasan paling masuk akal dalam bentuk parsimoni.
Kembalilah pada hal paling sederhana ketika segalanya terlihat rumit.
Apakah
karena bekerja di pengadilan lalu kita harus membaca buku tentang hukum ?.
Tidak. Apakah karena selaku garda terdepan pelayanan yang sering berhubungan
dengan manusia galau, lalu kita harus membaca buku tentang sosiologi hukum ?
Tidak. ataukah karena perasaan “malu”
karena mungkin tidak mampu menjawab pertanyaan masyarakat pencari keadilan, lalu
kita “terpaksa”
membaca. Juga bukan.
Bagi
saya, membaca adalah keinginan tanpa batas yang lahir dari sebuah perjalanan
nostalgia. kebetulan pula membaca adalah sebuah “warisan”
dari bapak. Persis “Hinokami Kagura”
dalam kisah demon slayer.
Awalnya
saya melihat bapak sering membaca buku, maka rasa penasaran itu pun muncul. Dalam
wujud mungil waktu itu, saya bertanya dalam hati, sebenarnya benda apa yang
betah di pelototi bapak sampai kadang dia lupa bermain dengan anaknya ?!.
Di
kelas 3 Sekolah dasar, saya penasaran dengan apa yang dibaca bapak, ternyata sebuah
buku berjudul ; Kunci Ibadah karya S.A. Zainal Abidin sebuah buku legendaris
yang mulai ditulis tahun 1950-an. sungguh saya tidak paham apa isinya tapi
waktu itu saya berpikir, ketika bapak betah membaca buku ini pastilah ada rahasia
yang terkandung didalamnya.
Sayangnya,
meskipun buku itu telah saya baca berulang kali, saya tak kunjung memahami isinya.
Tapi tanpa disadari, keterkaitan dan keterikatan terhadap aksara tumbuh
perlahan.
Bapak
(ditengah protes keras mama) melihat anaknya mulai berkenalan dengan buku, mulai
membeli majalah bobo, doraemon, tiger wong dan kisah fiktif lainnya. Uniknya,
bapak juga mengajari satu hal ; setelah membaca salah satu komik itu, saya “harus”
membaca buku 100 tokoh paling berpengaruh dalam sejarah karya Michael Hart. Minimal
satu tokoh saja dalam sehari. Tolong jangan tanya ketebalan bukunya.
Beliau
maklum, bahwa komik akan membuat anak-anak tak berhenti membaca bila tak dimbangi
dengan kisah non fiksi. Selain memberikan “keseimbangan”
dalam otak, metode ini juga pada gilirannya akan menciptakan alternatif sudut
pandang dalam melihat suatu masalah.
Saya
tidak sadar ketika bapak membaca, beliau sedang mewariskan “jurus
membaca” itu kepada anaknya dan dia mewariskannya
pelan pelan melalui teknik paling dasar sekaligus paling efektif dalam hidup
manusia ; Keteladanan.
Memang
benar, pada akhirnya, buku tidak akan pernah membuat saya -atau kita- pintar,
tapi memberikan pemahaman, bahwa membaca sebenarnya adalah tentang “belajar”.
Belajar
menerima ; Susah. Senang. Suka. Duka. Jatuh Hati. Patah Hati. Orang. Benda.
Perikatan. Pembuktian. Seseorang. Kita. Dunia. Segalanya.
Tanjiro
Kamado dalam epik demon slayer berujar “Belajar
dan berlatih lah sampai mati, karena pada akhirnya, tidak ada hal lain yang bisa
kita lakukan”.
Baca Juga: Menguatkan Budaya Literasi: Merawat Ekosistem Menulis dan Membaca di Dandapala
Dia
benar.
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI