Jakarta – Redaksi DANDAPALA Digital melanjutkan kegiatan studi banding ke Kantor Kompas.com, beralamat di Jalan Palmerah, Tanah Abang, Jakarta pada Selasa (08/07). Kunjungan ini langsung disambut oleh Redaktur Pelaksana dan Tim Kompas.com.Tujuan kunjungan ini dalam rangka mempelajari best practice alur dalam pemberitaan.
Diawali sesi perkenalan antara Tim Redaksi Kompas.com dengan Redaksi DANDAPALA Digital. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing.“Kami awalnya dari harian cetak, baru tahun 1995 baru ada Kompas.Com. Kemudian ada TV 7, lalu ada Kompas TV. Untuk Kompas.Com Kami berusaha selalu relevan”, ungkap Redaktur Pelaksana Kompas.Com, Anna Soviana S., menceritakan sejarah berdirinya Kompas.
Saat ini Kompas.com telah memiliki tim video, tim media sosial, dan tim teks/tulisan. Tim tersebut dibutuhkan Kompas.com untuk menyesuaikan perkembangan zaman. “Saat ini berita tidak hanya didistribusikan melalui teks (tulisan), tetapi harus terbuka melalui digital. Cepat banget larinya saat ini (pembaca), sudah ke youtube, facebook, atau tiktok. Misalnya Gen Z saat ini lebih banyak mengakses media sosial”, tambahnya.
Baca Juga: Wartawan Senior Kompas: Berita Putusan Pengadilan Harus Mudah Dipahami
Lalu, bagaimana best practice alur pemberitaan di Kompas.com?
Anna menerangkan Kompas.com menerapkan prinsip publish berita, 'lebih cepat lebih baik'. Ia menerangkan penyusunan berita dimulai dari penugasan wartawan atau dapat bersumber dari konten viral di media sosial. “Setiap wartawan ada tugas peliputannya, misalnya di instansi mana. Nanti di lapangan (wartawan) dapat menyesuaikan apa yang menarik untuk diambil menjadi berita. Bisa saja penyusunan berita itu diambil dari hal viral di medsos, kemudian kita konfirmasikan kepada pihak berwenang”, ungkap Anna.
Adapun Redpel dan Editor Kompas.com memberikan masukan agar penulisan berita di DANDAPALA lebih mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat. Disebabkan mayoritas penulis berita DANDAPALA merupakan para hakim, yang terbiasa dengan gaya menulis putusan. Tim Kompas.com juga memberikan saran banyak artikel dari HistoryLaw yang menarik untuk dibuatkan konten video di Tiktok atau Podcast.
Kemudian Redaktur Pelaksana Kompas menjelaskan saat ini Kompas, memiliki Tim Litbang tersendiri. “Tim Litbang Kompas memiliki tim riset sendiri, nanti hasil riset didistribusikan ke (tim) harian kompas dan lain-lain”, ungkap Anna.
Baca Juga: Kisah Salah Tangkap Sengkon-Karta dan PK Pertama di Indonesia
Berdasarkan hasil analisa Tim Kompas.com juga terdapat waktu tertentu dengan jumlah pembaca terbanyak (primetime). “Biasanya orang sudah mulai mencari berita mulai jam 7 sampai dengan jam 8 pagi. Memang, pagi sudah kita sajikan berita/artikel yang komprehensif. Jam 10 biasanya (pembacanya) sudah turun, kemudian nanti naik lagi saat jam makan siang, tetapi jam 2 siang sudah mulai turun lagi dan akan ramai lagi pembacanya setelah pulang kantor. Berbeda dengan akhir pekan biasanya minggu malam mulai ramai lagi yang membaca berita. Tetapi untuk hari libur biasanya lebih banyak pembaca untuk berita bola atau hiburan”, ungkapnya.
Tim Kompas.com juga menyarankan agar jumlah pembaca DANDAPALA semakin meningkat. Diantaranya dengan menyesuaikan kata kunci pecarian pada google. “Kuncinya harus mengikuti algoritmanya google. Apa yang kita tuliskan dengan yang dicari orang (pembaca) harus matching”. Kemudian disarankan pula perlu sering memantau medsos. Setelah mengetahui konten viral pada medos, kemudian dibuatkan artikel/berita untuk mengklarifikasi berita negatif.
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI