Selamat Hari Ibu! Ketika seorang perempuan mengenakan toga hitam dan memegang palu hakim, dunia melihatnya sebagai sosok yang tegas, berwibawa, dan tak tergoyahkan oleh emosi. Namun di balik wibawa itu, ada jiwa seorang ibu yang lembut, yang setiap pagi memastikan seragam anaknya rapi, menyiapkan sarapan dengan senyum, dan mengantarkan doa dalam setiap langkah kaki menuju ruang sidang. Dua peran yang tampak bertolak belakang itu sesungguhnya saling melengkapi, membentuk harmoni antara keadilan dan kasih sayang.
Menjadi hakim bukanlah perkara mudah. Setiap keputusan yang dijatuhkan membawa konsekuensi besar bagi kehidupan seseorang. Hakim dituntut berpikir jernih, berpegang pada prinsip hukum, dan menyingkirkan perasaan pribadi. Namun seorang hakim perempuan yang juga seorang ibu tahu bahwa di balik setiap perkara, ada manusia yang punya kisah, air mata, dan harapan. Ia melihat bukan hanya pasal-pasal yang tertulis dingin dalam undang-undang, tetapi juga denyut kehidupan yang bergetar di antara lembaran berkas perkara.
Di tengah tekanan pekerjaan dan tanggung jawab yang berat, seorang hakim perempuan sering menemukan dirinya diuji oleh batas-batas waktu dan tenaga. Pagi ia memastikan anaknya siap sekolah, siang ia menegakkan keadilan di ruang sidang, dan malamnya ia kembali menjadi peluk hangat tempat keluarga beristirahat. Dalam lelahnya, ia tetap menghadirkan senyum, karena ia tahu bahwa kekuatannya justru tumbuh dari cinta-cinta kepada keluarganya, dan cinta pada tugasnya melayani kebenaran.
Baca Juga: Femisida Dalam Kerangka Hukum Indonesia
Kelembutan seorang ibu memberi warna tersendiri dalam profesinya sebagai hakim. Naluri keibuan membuatnya peka terhadap penderitaan, namun tegas dalam prinsip. Ia tahu bahwa menjatuhkan hukuman bukan sekadar bentuk balasan, melainkan kesempatan bagi seseorang untuk belajar, menyesal, dan bangkit kembali. Dengan caranya, ia menjadikan hukum bukan hanya alat keadilan, tetapi juga jalan kemanusiaan.
Namun di balik semua keteguhan itu, ada pengorbanan yang tidak selalu terlihat. Ada hari ketika ia harus melewatkan acara sekolah anaknya karena sidang yang tak bisa ditunda. Ada malam ketika ia menutup lembar berkas perkara sambil menatap wajah buah hatinya yang telah tertidur. Tapi dari setiap pengorbanan itu, tumbuh rasa bangga. Anaknya belajar bahwa cinta tidak selalu diungkapkan lewat waktu yang panjang bersama, tapi bisa melalui dedikasi dan kejujuran pada pekerjaan. Bahwa menjadi ibu berarti menghadirkan cinta dalam bentuk yang luas, termasuk dalam perjuangan membela kebenaran.
Pada momen Hari Ibu, sosok hakim perempuan
yang juga ibu mengajarkan kepada kita bahwa kekuatan tidak selalu harus keras,
dan kasih tidak selalu identik dengan kelemahan. Ia menemukan keseimbangan
indah antara logika dan empati, antara tugas negara dan peran keluarga.
Dalam tegap langkahnya menapaki gedung pengadilan dan dalam lembut tangannya membelai kepala anaknya di rumah, ia menunjukkan bahwa seorang perempuan bisa menjadi pilar keadilan sekaligus sumber kasih yang menyejukkan.
Ia bukan hanya penegak hukum, tapi juga penjaga nurani. Palu keputusannya menandakan akhir dari sengketa, tetapi pelukan kasihnya di rumah membuka awal kedamaian baru. Dalam dirinya, hukum menemukan hati, dan kasih menemukan arah. Ia menjadi simbol perempuan yang mampu mengubah dunia tanpa meninggalkan kelembutannya sebagai ibu.
Dan pada akhirnya, menjadi seorang hakim dan ibu adalah dua jalan yang sama. Sama-sama berjuang demi kebenaran dan cinta. Di ruang sidang, ia berbicara dengan keadilan, sedangkan di rumah, ia berbicara dengan kasih. Keduanya menyatu dalam satu makna yang luhur, yaitu menjadi cahaya bagi sesama.
Mari kita belajar dari mereka, para perempuan yang berdiri di antara palu dan pelukan, yang membuktikan bahwa kekuasaan bisa dijalankan dengan kelembutan, dan kasih bisa menegakkan keadilan.
Baca Juga: Perempuan di Balik Palu: Perjuangan Hakim Perempuan dalam Dunia Patriarki
Selamat Hari Ibu untuk seluruh Hakim
Perempuan di Indonesia. Dunia menjadi lebih hangat karena ada cinta dan
keteguhan seperti milikmu, yang menegakkan hukum tanpa kehilangan kemanusiaan.
(ldr)
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI